a chance FF [last chaptered]

Published May 24, 2012 by fanfiction2012

image

Cast : Lee Hyukjae, Tiffany hwang, Kim hyoyeon (as themself)
Author : kim L
Genre  : Romance – friendship – family
Rating  : All Age
Sumary : after met each other will eunhyuk comeback to His past Kim hyoyeon or his future Stephanie hwang?
Akhirnyaaaaa last chapterred, dan klik disini untuk chaptered pertamanya. Lets check the fanfic


Pekerjanku dikantor hari ini tidak begitu sibuk, hanya menandatangani beberapa kontrak penting dan akhirnya seorang yeoja yang sudah memberikan ku semangat untuk bangkit dari keterpurukan dimasa lalu itu pun datang. Tiffany mengajak ku makan siang diluar dan memintaku menemaninya mencari gaun untuk dikenakannya dalam acara ulang tahun ibuku besok malam. Wajahnya yang ceria membuatku susah menolak ajakannya, walau sesungguhnya beberapa hari ini aku sedang malas berkeliaran di seoul ini mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat dimana aku bertemu hyo. Aku jadi takut bertemunya lagi, takut rasa yang sudah susah payah aku kubur ini kembali bangkit dan berakhir dengan hal hal yang tidak aku inginkan nantinya.

“fany, bagaimana dengan ini?” tanyaku seraya mengambil sebuah long dress warna biru sapphire yang lumayan mencuri perhatianku dari semenjak aku masuk ditoko ini.
“eo?? Ini cantik oppa. agashi aku ingin mencoba gaun ini” tiffany pun langsung diboyong kesebuah ruangan untuk menyocokan gaun yang kupilihkan tadi untuknya.

Sementara aku duduk di sofa yang disediakan toko ini,sambil menunggu tiffany yang sedang mencoba gaunnya. Jujur saja aku paling tidak suka menunggu, akhirnya untuk memecah kebosanan Kulayangkan tanganku untuk mengambil satu dari beberapa majalah yang tergeletak di meja hadapanku ini.
Kubuka lembar demi lembar majalah ini, hah tidak ada yang menarik. Kutaruh lagi majalah yg kubaca ketempat dimana aku mengambilnya semula. Ini sudah bukan gayaku lagi untuk membaca majalah fashion, dulu semasa kuliah aku memang sangat memperhatikan cara berpakaian ku dari ujung rambut hingga ujung kaki, tidak heran dulu aku banyak digilai yeoja yeoja dikampusku. Sekarang aku lebih suka membaca majalah yang isinya tentang harga saham dari pada majalah fashion, mungkin karna darah pebisisnis sudah mengalir dijiwaku, membuatku selalu ingin tau tiap tiap perkembangan saham.

Ahh mengapa lama sekali tiffany mencoba gaunnya. Mataku pun mulai menjalar ke sekeliling toko ini, namun tatapan ku terhenti ketika melihat seorang yeoja dengan stelan blazer putih, rok pendek dan stoking hitamnya sedang berada disudut toko seperti sedang memilih milih ditemani seorang pegawai toko ini.

‘Hyo?’ gumamku tanpa sengaja.

Tapi benarkah itu hyoyeon? Kuperhatikan tiap sudut wajahnya walau sedikit tirus dan kurus tapi dia itu memang hyoyeon. Tapi untuk apa ia disini dan mengapa ia sendirian?

Rasa takut ku itu pun terwujud disini, aku tidak tau tuhan merencanakan apa untuk ku. mengapa tuhan mempertemukanku dengan hyo ditempat seperti ini ditambah lagi aku sedang bersama tiffany saat ini.
Tiba tiba Ada sebuah dorongan keras yang menyuruhku untuk menghampiri hyo, Tapi ahh ku urungkan niat itu segera setelah kulihat tiffany keluar dengan gaun biru yang dikenakannya. Ia terlihat cantik, bahunya yang putih dan bersih dibiarkannya terbuka.
“oppa, eotte??” tanya nya, namun perhatianku saat ini sedikit terbagi dengan kehadiran hyoyeon, membuatku tidak terlalu memperhatikan tiap detail gaun yang dikenakannya
“kau suka?” tanyaku seraya menatap tiffany, yang dijawabnya dengan anggukan.
wajahnya yang polos dan tidak pernah berbohong, Membuat ku semakin tidak tega untuk menyakitinya.
“baiklah, minta mereka membungkuskan (?) gaun itu untukmu” suruhku, setelah mendengar perkataanku tiffany pun membalikan tubuhnya dan kembali masuk keruang ganti dengan wajahnya yang tak henti hentinya mengguratkan sebuah senyuman manis untukku.

Setelah melihat tiffany kembali masuk keruang ganti, dorongan keras itu kembali muncul. Dengan bimbang kutatap seorang yeoja yg sedang memantulkan tubuhnya didepan kaca dan sedikit berbincang dengan pegawai toko ini.

Setelah jiwa ku sedikit berperang cukup lama , akhirnya dengan berat kulangkahkan kakiku kearah yeoja itu tanpa mempedulikan apa reaksi tiffany nanti jika melihat aku mengajak seorang yeoja mengobrol denganku.

“Hyoyeon-ssi” tegurku secara formal terhadap seorang yeoja yg dulu pernah mengisi lembar demi lembar perjalanan hidupku

“ne?? eo? Nuguya?” gumamnya heran, kutatap dalam matanya mencoba membaca pikirannya karna pada kenyataannya hati kecilku masih belum percaya bahwa yeoja dihadapanku ini sudah melupakan semua kenangannya bersamaku.

“kau lupa denganku?”

“m-mianhae, a..aku ….~” aku hanya tersenyum melihat tingkahnya ini, ternyata sifatnya tidak berubah. Ia masih menggaruk tengkuk lehernya jika ia sedang grogi atau melakukan kesalahan seperti yg sedang ia lakukan sekarang.

“Lee HyukJae, beberapa hari yg lalu kita sempat bertemu di coffee bean bukan?” ku ulurkan tanganku sebagai tanda pengenalan diriku. Ini sungguh lucu, aku harus mengenalkan diriku lagi kepada seseorang yg sudah mengenalku.

“aaaah, kau yang temannya yuri eonnie? Aaaah pabbo kenapa aku bisa lupa” gumam hyo sambil memukul kepalanya beberapa kali.

melihat hyo memukul kepalanya, dengan reflek tanganku menahannya
“jangan pukul kepalamu seperti itu” ucapku masih dengan posisi tangan kananku menggenggam pergelangan tangannya yg kecil. Sepertinya hyo sedikit terkejut melihat aksiku ini, terlihat dari matanya yg bergantian melihat posisi tanganku dan setelah itu ia menatap ku dengan tatapan bingung

Dengan cepat kulepaskan genggaman tanganku, aku takut ia tidak nyaman dengan perlakuanku ini
“mianhae, aku reflek. Tidak baik memukul kepala seperti tadi”

“eoh, ne gwenchana” jawabnya singkat

“kau pemilik toko ini?” lanjut hyo lagi, pertanyaan yg wajar mengingat ini adalah toko khusus pakaian wanita ditambah lagi stelan ku yg masih memakai jas dasi dan sepatu. membuatku terlihat seperti pemilik toko ini.

“apa style ku terlihat seperti pengusaha fashion?”

“tidak juga, lalu untuk apa kau disini?”

“oppaaaa~” segera ku tolehkan tubuhku setelah mendengar suara yang ku kenal memanggil ku
“kau sudah selesai?” tanyaku kepada yeoja yang tadi memanggil ku, ohh tuhan apa yang aku pikirkan? Baru beberapa saat aku berbincang dengan hyoyeon aku sudah lupa bahwa aku sedang bersama tiffany saat ini.
“eum!!” gumamnya tanpa melihatku, aku tau mata tiffany sedang tertuju pada yeoja dihadapannya saat ini dengan wajah penuh tanya. Aku pun memutuskan untuk mengenalkan hyo sebagai adik temanku.
“Eo, Fany-aa ini hyoyeon adik dari temanku”
“whoaaa yepoetta, anyeong Hyoyeon imnida!! Lee Hyukjae-ssi ini kekasihmu?” tanya Hyoyeon seraya membukukan tubuhnya, yang dijawab dengan gerakan tubuh tiffany yang menggandeng tanganku dengan erat sedangkan aku hanya bisa menunduk mencoba menutup wajahku yang berengsek ini, aku sungguh tidak sanggup menjawab pertanyaannya. apa pantas aku mengenalkan kekasihku sedangkan mantan kekasih yang ada dihadapanku ini semakin mengurus karna penyakit yang dideritnya dulu.
“apa kalian kesini untuk memesan gaun pernikahan?” tanya hyoyeon lagi, membuatku semakin tidak berani mengangkat wajahku dan menatap kedua mata hyoyeon yang seolah tidak tau dengan apa yang pernah kulalui bersamaya dulu.
“aniyoooo, kami masih terlalu baru untuk memikirkan ke arah sana hyoyeon-ssi” jawab tiffany, aku sungguh terlihat seperti lelaki tidak berguna saat ini. Berdiri ditengah tengah yeoja yang tidak mengetahui hubungan kami satu sama lainnya

***
Semenjak kejadian dibutik pada hari itu, aku jadi semakin sering berjalan keluar dengan hyoyeon. Sekedar untuk makan siang, mengajakya menonton bioskop pada hari sabtu, dan sesekali pada hari minggu aku mengajaknya pergi ke gereja bersama, tanpa sepengetauan tiffany tentunya. Aku selalu mengatakan pada tiffany bahwa aku sibuk sibuk dan sibuk. Ada sedikit rasa bersalah dalam lubuk hatiku karna sudah membohongi yeoja sebaik tiffany, namun dilain sisi aku tidak bisa menahan kemauanku untuk bisa berjalan bersama hyoyeon lagi. hingga pada suatu saat tiffany melihat semua isi inbox handphone ku yang didominasi dengan nama hyoyoen, hingga memaksaku untuk menceritakan pada tiffany tentag hubungan ku dan hyoyeon dimasa lalu.

Flashback
Setelah beberapa kali aku menolak ajakan makan malam tiffany, akhirnya malam ini aku menyempatkan diriku untuk menuruti kemaunnya. Namun ditengah tengah makan malam kami, ada sesuatu diperutku yang mendorongku untuk kebelakang dan membuangkan sesuatu yang mendorong itu.
“fany-aa, aku kebelakang sebentar. Ne” ucap ku seraya meninggalkan tiffany sendiri dimeja makan. Sesampaiya ditoilet aku baru merasakan kalau handphone ku tertinggal di meja
“eissssh pabbo” gumamku sendiri
Tidak begitu lama aku didalam toilet, setelah 15 menit aku kembali kemeja. Aku masih tidak tenang meninggalkan handphone ku yang tergeletak diatas meja.
“eo?” langkahku terhenti setelah melihat ke arah mejaku seorang wanita sedang menggengam sebuah handphone yang warna dan tipe nya sangat ku kenal.
“fany-aa apa yang sedang kau lihat?” ucapku seraya menghampirinya, aku bisa merasakan wajahnya yang terkejut melihat kehadiranku secara tiba tiba dari balik punggungnya
“o-oppa, mianhae aku tidak sengaja. Tadi handphone mu bunyi dan aku tidak sengaja membukanya”
Setelah mendengar ucapan tiffay barusan, dengan cepat aku melihat siapa yang sms berharap bukan sms dari hyo. Namun ternyata harapanku musnah setelah selihat nama yang tertulis dilayar handphone ku

Sweetest Hyoyeon
‘oppaaa~ mianhae sabtu ini aku tidak bisa pergi denganmu, aku harus check up kedokter minggu ini’

“fan….~”
“aku tidak apa apa oppa” walau ia tersenyum saat ini, tapi tetap saja hatiku merasa janggal
“kau tau? melihatmu tersenyum seperti ini, membuatku semakin merasa bersalah”
“memangnya kau mempunyai salah apa padaku?” tanyanya yang sontak membuat ku hampir tersedak
“aku dan hyoyeon…..~”
“aku sudah tau, kalian sering jalan bersama bukan? Bahkan seluruh inbox mu penuh dengan namanya. Nan gwenchana, untuk kali ini aku akan menutup mata dan telingaku, berpura pura tidak tau apa yang terjadi” potongnya lagi
“kau tidak membenciku?”
“aniyo, aku sudah terlanjur mencintaimu terlalu dalam hingga aku lupa bagaimana cara membenci”
“Kim hyoyeon yang aku kenalkan padamu sebagai adik temanku itu adalah seseorang yang pernah aku cintai sekaligus orang yang sudah membuatku seperti namja pabbo selama beberapa tahun” jawabku dengan wajah tertunduk, aku berharap sekali tiffany tidak menyiramku dengan orenye juice nya saat ini seperti di drama drama
“jadi orang yang dibutik pada hari itu yeoja yang sering kau ceritakan padaku dulu?”
“eum!! Ternyata dulu ia sakit, dan pergi ke new york untuk melakukan oprasi. Ia meninggalkanku tanpa memberitaukan sedikit pun tentang penyakitnya, membuatnya terlihat sepeti yeoja jahat, namun pada kenyataannya yang jahat adalah aku bagaimana bisa aku tidak menyadari penyakitnya sejak dulu”
“ sekarang kau sudah mempunyai ku berhentilah dibayangi masa lalu” ucapnya seraya mengengam tanganku yang tergeletak bebas diatas meja.
“aku masih mencintainya, fany-aa” ntah kenapa mulutku ini melontarkan kata itu begitu saja, yang sontak membuat tifany mendongkakan wajahnya terlihat sekali ia terkejut dengan ucapan ku barusan
“eo? aku lebih suka kau jujur seperti ini oppa, gomawo!! Aku akan berpura pura tidak mendengar ucapan mu barusan” jawabnya masih dengan senyum yang terukir manis dipipinya.
“fany-aa!!!”
“yaaak berhentilah bicara, kita sedang makan saat ini.tidak baik makan sambil berbicara” jawabnya seraya kembali makan makanannya, dan aku pun meneruskan memakan makanan ku yang semenjak aku kembali dari toiet tadi belum kusentuh sama sekali.
Melihat tiffany seperti ini membuatku bingung dengan apa yang harus aku lakukan, tiffany terlalu baik untuk kusakiti
Flashback end~

Lee Hyukjae’s House
“aaaaaaaah” peluhku seraya merebahkan tubuhku dikasur melepaskan lelahku setelah seharian berkutat dengan laptop dan meeting mengenai pembangunan cabang baru di jepang. Kutaruh tanganku dikepalaku sebagai sandaran yang nyaman dan membiarkan mataku menatap langit langit kamar menerawang akan bagaimana hubungan dengan tiffany nanti. Perasaan untuk melepaskan tiffany dan merebut hyoyeon kedalam pelukanku sudah sangat sering menghantuiku. Tidak bisa kupingkiri aku memang masih mencintai Hyoyeon dan berharap bisa menebus kesalahanku karna sudah meninggalkannya ketika ia sedang berusaha keras melawan penyakitnya dulu, namun disisi lain aku tetap tidak ingin menyakiti Tiffany dengan cara seperti ini. Apalagi tiffany saat ini sudah tau tentang hubunganku dengan hyoyeon dimasa lalu, dan masih teringat jelas di otak ku bagaimana tiffany menerima dengan lapang bagaimana perasaanku pada hyoyeon yang sebeneraya saat ini.
Sekarang ini ia sedang fokus terhadap penyakit jantung ayahnya yang menurut dokter kondisinya semakin kritis. Jika aku melepaskannya dengan cara seperti ini akan membuat level gelar lelaki brengsek ku semakin naik.

~drrrt drrrt drrt~ kulirik handhone ku yang tergeletak tidak jauh dari posisi ku ini dan segera melihat siapa yang menelfonku jam seperti ini.

‘My Fanny’ eo? untuk apa ia menelfonku tengah malam seperti ini? Perasaan ku sedikit tidak enak, dengan segera ku angkat telfon Dari yeoja yang sedang kupikirkan sedari tadi ini

“oppaaaa~ hiks” jawab tiffany dengan isakan tagisnya yang membuatku ku sedikit mengerutkan keningku
“fany-aa? Kau menangis? Ada apa?” tanyaku sedikit khawatir
“oppaaa~ ayahku hiks…….”

<>
Setelah mendapat telfon tifanny barusan aku langsung melajukan mobilku ketempat yang sudah ku kunjungi beberapa hari ini. Mendengar tiffany menangis seperti tadi membuatku ingin segera sampai disana dan berdiri disisinya mengatakan bahwa semua pasti akan baik baik saja. Tiffany mengatakan kondisi ayahnya semakin drop dan para dokter sedang berusaha untuk menyelamatkannya.

“fany-aa!!” Teriakku setelah melihat seorang yeoja sedang terduduk lemas didepan sebuah ruangan berwarna putih.

Kudekap tubuhnya yang sedikit bergetar. Isakan tangisnya membuat hati siapapun sakit mendengarnya. Bahkan ia sudah menangis tanpa air mata sekarang, ia pasti ketakutan disini sendiri menunggu orang yg dicintainya sedang mempertaruhkan nyawanya didalam sana.
Tiffany sangat mencintai ayahnya, bagaimana tidak Separuh dari hidupnya ia jalankan berdua hanya dengan ayahnya, sedangkan ibunya meninggalkan tiffany sewaktu ia masih kecil untuk lelaki yg lebih kaya. Itu sebabnya tiffany tumbuh menjadi anak yg dewasa dan cerdas.

“oppaaaa, hiks” isak nya dibalik dekapanku
“tenanglah, semua akan baik baik saja” hanya ini yg bisa kulakukan membelai rambutnya dan mengucapkan kata kata yg bisa membuatnya kuat menghadapi ini semua.

“eo? Dokter bagaimana keadaan ayahku?” tiffany langsung melepaskan dekapanku setelah melihat seorang dokter keluar dari ruangan bersama suster lengkap dengan peralatan peralatan yg sudah dibawa keluar. Perasaanku sedikit tidak enak melihat pemandangan ini.

“Mianhamnida, kami sudah berusaha semampu kami, namun tuhan berkata lain. Mohon tabahkan hati kalian”

“andweeeeeeeeee!!!!!” teriak tiffany, dengan segera kutangkap tubuh tiffany yg hampir jatuh terduduk setelah mendengar ucapan dokter barusan.
Aku semakin mengeratkan dekapanku, tangisannya pun semakin histeris. tubuhnya yg lemas sudah tidak mampu lagi menopang dirinya sendiri. Hingga Aku merasakan semakin lama tubuh tiffany semakin melemas seiring tangisannya yg sudah tidak terdengar.
“fany-aa fany-aa” Melihat tiffany tidak sadarkan diri, para medis segera membawanya masuk keruangan untuk diberikan pertolongan pertama.

Kutatap nanar wajahnya yg sedang terpejam dengan selang infus yg menggantung diatas ranjangnya.
“Melihatmu seperti ini. Bagaimana aku bisa meninggalkanmu nanti?” ku kecup punggung tangan tiffany yang terasa dingin. Sampai pagi menjelang tiffany masih tidak sadarkan diri, hingga seluruh kerabatnya datang untuk mengurus pemakaman ayah tiffany. Sedangkan Kedua orang tuaku menyuruhku tetap berada dirumah sakit dan terus berada disisi Tiffany sampai ia siuman. Sedangkan ayah tiffany sudah dibawa ke rumah duka untuk diberikan penghormatan terakhir oleh seluruh kerabatnya.

Kulihat mata tiffany mulai terbuka sedikit demi sedikit “Fany-aa kau sudah bangun?”

“appa” gumamnya dengan matanya yg menjalar keseluruh ruangan. Aku tau apa yg sedang dipikirkannya saat ini.

“sekarang kau istirahat dulu, nanti aku akan mengantarmu. Ne”

Tanpa jawaban darinya, tiffany mulai melepaskan selang infus yg tertancap di punggung tangan kanannya dan bersiap untuk bangun dari ranjangnya.

“fany-aa tubuhmu masih lemas” ucapku mencoba untuk menahan tubuhnya yang terus menerus berontak. Tatapannya kosong, ia juga tidak mengeluarkan setitik air matapun saat ini.

Aku tidak kuat melihatnya seperti ini, akhirnya ku peluk tubuhnya dengan erat agar ia menyadari akan kehadiranku disisinya “kumohon tenanglah” bisiku tepat ditelinganya aku sedikit menahan air mataku, melihat tiffany seperti ini sungguh menyiksa batinku. Ia bahkan tidak membalas pelukanku, ia masih terdiam dan menatap dinding dengan tatapan kosong dan dingin.

*****
“kajja” ku tuntun tubuhnya keluar dari mobilku. Akhirnya tiffany diizinkan untuk keluar dari rumah sakit walau keadaannya masih lemah.

Berbagai macam karangan bunga mengiringi perjalananku dan tiffany saat masuk rumah duka ini. Tubuh tiffany terus kutuntun hingga sebuah foto tidak terlalu besar dan dikelilingi dengan berbagai bunga cantik menyambut kami. Tiffany terus terpaku melihat foto itu, sementara aku mengambil dua buah dupa untuk ku dan tiffany memberikan penghormatan terakhir.

“eo!!” aku sedikit terkejut ketika melihat tubuh tiffany hampir jatuh saat melakukan penghormatan terakhir. segera kutangkap tubuhnya dan mendudukannya dikursi. Seperti yang kubilang tubuhnya masih lemah, namin ia tetap memaksakan kehadiramnya disini.

Selama pemakaman, tiffany masih saja terdiam, dan tidak ada air mata sedikitpun mengalir dipipinya. Mungkin air matanya sudah kering ditambah lagi ia masih shock dengan apa yang terjadi. Bahkan ibu ku sampai menangis melihat keadaan tiffany sekarang.
Setelah pemakaman, orang tua ku menyuruh tiffany untuk tinggal dirumah kami sementara waktu.

Kutuntun tubuhnya yang lemah dari meja makan, sehari ini ia hanya melahap 3 suap nasi. Ia benar benar mogok makan, wajahnya yg pucat dan lingkaran matanya yg hitam terlihat seperti bukan yeoja yg ku kenal, tiffany yg riang dan selalu menghiburku.
“baiklah karna kau tidak mau makan, kau harus istirahat sekarang” ucapku seraya mengantar tiffany ke kamar yg sudah disediakan untuknya.
Melihatnya tidak membaringkan tubuhnya membuatku harus menemaninya saat ini. Aku takut ia melakukan hal yang tidak tidak jika aku meninggalkannya sekarang. Aku harus memastikan tiffany tidur pulas baru aku bisa pergi.

“fany-aa kumohon jangan seperti ini. Menangislah atau berteriaklah agar hatimu lebih baik” ucapku memecahkan keheningan kamar ini. Mendengar ucapanku barusan akhirnya ia menengok ke arahku dengan tatapan sendunya.

Tes… Air mata itu pun mengalir namun tanpa isakan dan suara. Ia menatapku dengan air mata yg mengalir dipipinya. Segera ku ambil tangan kanannya yg tergeletak bebas di pinggir ranjang, Aku bisa merasakan hatinya yg sakit dengan keadaan seperti ini.

“oppa~” lirihnya dengan suara bergetar. Aku tersenyum mendengarnya akhirnya ia mengeluarkan kata pertamanya semenjak pagi tadi

“apa aku dilahirkan untuk kehidupan yg sial?” lanjutnya, aku hanya bisa menelan ludah ku yg kering mendengar ucapannya barusan

“fany-aa….” ucapku terpotong

“ibuku meninggalkan aku waktu aku kecil, dan ketika aku sudah hampir menemukan kebahagiaan sekarang ayahku yang meninggalkanku”

“jangan berkata seperti itu, mulai sekarang keluargku adalah keluarga mu juga”

“kau juga akan meninggalkan ku untuk mantan kekasihmu itu kan?”

“a-apa maksudmu?”

“tidak perlu berbohong lagi, kau masih mencintainya sedangkan denganku hanya ada rasa kasihan dan rasa bersalah. Cepat atau lambat kau pasti aka meninggalkanku” lanjutnya dengan suara bergetar cukup membuatku tercengang,tiffany seperti bisa membaca pikiranku. Tanpa aba aba kupeluk tubuhnya dan membenamkan wajahku ditengkuk lehernya.

“Mianhae, jongmal mianhae fany-aa… Aku memang lee hyukjae bodoh. Mianhae” air mataku pun mengalir seraya aku mengucapkan permintaan maafku

“aku akan membuang semua pikiran bodoh untuk meninggalkanmu” lanjutku lagi

“wae?? Apa karna ayahku sudah pergi hingga kau melihatku seperti yeoja yg menyedihkan?” dengan cepat aku menggelengkan kepalaku

“karna yeoja ini aku bisa bangkit, karna yeoja yg sedang kupeluk ini aku bisa menjalani hidupku yang kelam,dan walaupun yeoja ini tidak membalas pelukanku aku tidak akan pernah mencoba untuk melepaskannya lagi. Saranghae fanny-aa”

“o-oppaaaa~” lirih tiffany, aku pun tersenyum setelah merasakan sepasang tangan hangat menyentuh punggungku dan membalas pelukanku.

“Aku bodoh jika aku memilih lagi jalan yg pernah kulalui dengan penuh bebatuan dan berliku. Tanpa menyadari bahwa jalan yg baik itu sesungguhnya ada di dirimu fany”

“Gomawo oppa, jongmal gomawo”

Ku anggukan kepalaku yang masih bersandar di tengkuk lehernya yg indah. Setelah mendengar cerita dan permintaan terakhir ayah tiffany pada saat itu aku akhirnya menyadari betapa tiffany sangat mencintaiku, sementara aku hanya terus bermain api dibalik punggungnya tanpa menyadari sesuatu yang indah sedang menungguku didepan.

Flashback
Seoul hospital
Kubuka knop pintu ruang rawat inap VVIP dirumah sakit ini.
Bau obat obatan yang khas dan suhu udara yg dingin membuat ruangan ini terasa mencekam bagi siapapun. Suara mesin detak jantung pun menyatakan suara bagaimana detak jantung pria yg sedang terbaring lemah ini berdetak dengan normal.

“eo? Lee hyukjae kau datang rupanya?” ucap pria itu yang kubalas dengan senyuman khasku.
Segera kutaruh bunga lily yang kubawa di vas bunga yg sudah disediakan ruangan ini.

“bagaimana keadaanmu aboji?” ucapku seraya menarik sebuah kursi agar aku bisa duduk disamping ranjangnya sementara ia terbaring dengan selang pernafasan dimana mana.

“seperti yang kau lihat, aku baik baik saja bukan? Ntah mengapa mereka terlalu berlebihan menilai jantungku ini”

“aboji mereka seperti ini karna sayang padamu, terlebih tiffany”

“ahahah anak itu, aku tidak bisa membayangkan apakah ia masih terlihat kuat jika aku meninggalkanya?” candanya dengan suara agak serak dan ter engah engah. Walau ia merasa tubuhnya baik baik saja namun ia tetap tidak bisa memungkiri bahwa keadaanya sedang tidak baik baik saja saat ini.

“aboji, tidak baik bicara seperti itu. Kau pasti akan sehat selalu”

“aku percayakan ia padamu, jika aku sudah tidak ada jadilah penggantiku untuknya”

“a…..~” ucapanku terpotong seiring pria dihadapanku ini meneruskan bicaranya

“anak itu tidak sekuat yang kita bayangkan, ia mempunyai jiwa yang rapuh walau senyum selalu menghiasi wajahnya”

“ti… uhuk uhuk uhuk tiffany”

“aboji kau tidak boleh banyak bicara dulu”

“gwencahana!! Tiffany sangat mencintaimu, ia selalu menceritakan padaku seperti apa nanti gaun pernikahan yang ingin dipakainya. Melahirkan anak laki laki setampan lee hyukjae dan bayi perempuan secantik tiffany. Itulah yang membuatku bisa bertahan sampai sekarang” lanjut ayah tiffany dengan sesekali menarik nafasnya yang ter-engah engah.
Hanya senyum yg bisa mewakili jawabanku, sungguh aku tidak tau harus bicara apa lagi sekarang. Otak ku buntu, ternyata harapan tiffany sebegitu indah untuk mengarungi sebuah pernikahan denganku.

“sejak kecil ia sudah sangat menderita karna tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Aku sangat senang pertama kali mendengar kalian berdua mempunyai hubungan special, akhirnya putri ku itu bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya”

“mana tanganmu?” tanya nya ketika aku masih menunduk merenungkan setiap perkataannya, dengan segera aku menyerahkan tangan kananku, ntahlah untuk apa tanganku ini hingga ia memintaku memperlihatkannya.

“aku percayakan tiffany padamu, kumohon jaga dia baik baik. Cintai dia melebihi dia mencintaimu” ucapnya seraya menggengam tanganku, aku hanya bisa mengangguk sebagai perwakilan jawabanku.
Flashback end

Seiring berjalanya waktu tiffany akhirnya bisa merelakan kepergian ayahnya, walau terkadang air matanya akan mengalir begitu saja jika mengingat tiap kenangan indah bersama ayahnya.
Hubungan kami pun mulai menjajaki hubungan serius. Tepatnya 5 bulan lagi aku dan tiffany resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang persiapan yg kami siapkan sudah rampung kurang lebih 50%. Tiffany sengaja tidak ingin menggunakan Wedding organaiser karna menurutnya akan lebih indah jika mengurus pernikahannya dengan tangannya sendiri, ibuku juga turut membantu persiapannya. Tiffany dan ibuku benar-benar kompak, ia memperlakukan tiffany sudah seperti anak perempuannya.

Hyoyeon?!? Dia hidup baik di newyork, tidak jarang aku dan hyo saling mengirim email kali ini dengan sepengetahuan tiffany tentunya. Aku tidak ingin calon istriku itu salah paham dengan hubunganku dan hyo.
Hyoyeon juga sudah mempunyai orang yang special saat ini, dan sampai sekarang aku belum pernah menceritakan bahwa aku ini adalah lee hyuk jae yg dulu pernah menjadi bagian hidupnya. Karna menurutku biarlah itu semua menjadi lembaran buku masa lalu yang sudah harus kututup dan kusimpan disebuah lemari kehidupan.
Dan sudah saatnya aku membuka lembaran baru bersama yeoja masa depanku ‘stephanie hwang’.

END~

Mianhae kalo endingnya agak datar yah chingu. Ini udah dibatas maksimal berhubung mood lagi gak sejalan. *deepbowing

Posted from WordPress for Android

19 comments on “a chance FF [last chaptered]

  • oh od ,gk tau mw ngomoong app ,dn ngomkoong2 saiiya inn Sider yg lgii break dn mencoba untuk bertobat :p ,kekeke ,author inn bagu kooq cuman akhiir’a kurang d perjelas ,gk add sequel ??

  • aku terharu bgt bacanya. Aku sampe nangis.
    Gak tau harus nyalahin siapa pada awalnya.
    Aku pikir akan jadi Hyohyuk tapi ternyata HYUKFANY !

    Aish daebak. Ayo bikin FF HYUKFANY lagi ! Hwaiting chingu ^^

  • Trimakasih semua yg udahbaca. Ditunggu yah hyukfany married life nya, for more info check our twitter @fanfiction2012 gamshaaa~

  • Terharu banget sampai2 aku nangis bacanya, aku ga pernah baca ff yg sesedih ini apalagi sampai nagis kayak gini !!!
    Keren dan mengharukan ffnya chingu 😀

  • Leave a reply to HyoHyuk Cancel reply